Retinol vs Acid: Mana yang Lebih Efektif untuk Anti-Aging?

Ah, anti-aging. Mendengar dua kata ini bisa bikin kening berkerut—padahal, itu yang sedang kita hindari jika sedang peduli tentang gejala-gejala penuaan dini! Pasalnya, ada begitu banyak informasi di luar sana, terutama tentang bahan aktif yang bisa mengurangi anti-aging. Jadi, di antara sekian banyak pilihan, bahan manakah yang paling efektik? Lebih spesifik lagi, mana yang lebih efektif retinol atau acid? Oleh karena LIMONE sangat tidak suka memilih dan sedang berusaha mengurangi kerutan halus, maka kami menghubungi dr. Gaby Syerly Irawan, M.Biomed (AAM), ahli anti-aging dari Youth & Beauty Clinic, Kemang, Jakarta Selatan.

Apa Kelebihan dan Kekurangan Retinol dibandingkan Acid?



Dokter Gaby menjelaskan bahwa hal pertama yang harus diingat adalah retinol tergolong sebagai retinoid. “Yaitu kelompok obat yang struktur kandungannya berupa vitamin A. Retinoid ‘memayungi’ komponen kimiawi vitamin A lainnya, yang berupa retinoic acid (tretinoin) dan adapalene.,” jelasnya.

Lebih lanjut, Gaby menjelaskan bahwa retinoid bekerja untuk menjaga kesehatan kulit. Jasanya antara lain:

  • - Menginisiasi pembaruan sel-sel kulit dengan menyingkirkan sel kulit mati dan mendorong pembentukan sel kulit baru. “Jadinya, menyebabkan penebalan lapisan kulit dan mengurangi komedo,” jelasnya.
  • - Merangsang produksi kolagen pada kulit yang akan membantu mengurangi penampilan atau timbulnya kerutan dan garis halus.
  • - Mengurangi radang atau inflamasi pada kulit akibat bakteria P.acnes dalam jerawat.
  • - Menghambat ekspresi enzim tyrosinase dalam proses pembentukan melanin (pigmen) pada kulit, “sehingga dapat memudarkan pigmentasi seperti flek hitam atau hiperpigmentasi pada kulit.”

Gaby juga menerangkan bahwa retinoic acid adalah satu-satunya jenis retinoid yang dapat diproses oleh kulit untuk mendapatkan manfaat di atas. “Ketika memakai retinol, zat ini akan tersimpan di dalam kulit dulu di mana dua tahap proses pengubahan dari retinol menjadi retinoic acid akan dilakukan oleh enzim pada kulit. Proses ini memakan waktu paling tidak beberapa minggu agar hasilnya dapat terlihat. Oleh karena itu, retinol memiliki sifat yang lebih aman, gentle dan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan retinoic acid,” jelasnya.

Dan dibandingkan acid, retinol atau retinoid jenis lainnya memiliki berbagai keunggulan seperti merangsang pembentukan kolagen dan elastin yang baru, memperbaiki tekstur kulit, kerutan dan garis halus, mengurangi komedo dan jerawat, dan juga mengatasi atau memudarkan pigmentasi kulit.

“Tetapi, kekurangan penggunaan retinoid adalah efek sampingnya yang berupa kulit kering, risiko suburn dan sensitivitas terhadap matahari, pengelupasan kulit dan iritasi kulit,” ujarnya.

Bisakah efek samping ini dicegah? “Tentunya hal tersebut dapat dicegah dengan cara mulai memakai retinoid dengan konsentrasi paling rendah dulu dan secara bertahap. Dimulai dari memakai retinoid setiap tiga hari dalam seminggu, lalu lanjut setiap dua hari, dan baru setiap hari,” sarannya.

Apa Kelebihan dan Kekurangan Acid dibandingkan Retinol?



Jika di atas adalah penjelasan panjang lebar tentang retinol, maka kali ini adalah giliran acid. Gaby menerangkan bahwa acid seperti AHAs (alpha hydroxy acids) dan BHA (beta hydroxy acid) digolongkan sebagai chemical exfoliant.

“Berbeda dari physical exfoliant seperti tradisional scrub wajah, AHA dan BHA berfungsi untuk memperbarui sel-sel kulit melalui reaksi kimia di dalam kulit,” jelas Gaby.

Lebih dalam, dia menjelaskan bahwa Jenis AHA yang sering dikenal orang adalah glycolic acid, lactic acid dan mandelic acid. Meski namanya berbeda, menurut Gaby fungsi utama dari setiap acid ini sebenarnya sama, yaitu menyingkirkan sel kulit mati dan mendorong pembentukan sel kulit baru agar memperbaiki tekstur dan mencerahkan kulit. Namun jika dibandingkan, AHA memiliki keunggulan atas kemampuannya dalam meningkatkan kelembapan kulit dengan menarik dan mengikat uap air ke dalam kulit. Sementara mandelic acid sangat berguna untuk kulit yang berjerawat karena sifatnya yang dapat melarutkan komedo di dalam pori-pori dan juga efektif dalam membunuh bakteria.

Sementara BHA atau yang lebih dikenal sebagai Salicylic Acid mempunyai struktur lipophilic. “Struktur ini memungkinkan dia untuk larut di dalam pori-pori agar dapat melarutkan komedo dan ekses minyak, sambil menyingkirkan sel kulit mati. Salicylic Acid juga bekerja untuk mengurangi inflamasi pada kulit, terutama pada jerawat dan memiliki aksi anti-microbrial terhadap P.acnes. Oleh sebab itu, pemilihan jenis acid sangat penting dalam mengatasi masalah kulit,” tegasnya.

Dan berbicara tentang kekurangan, dibandingkan retinoid, acid tidak dapat menstimulasi pembentukan kolagen dan menghambat proses pembentukan melanin. “Mereka lebih bekerja untuk pembaruan sel kulit, memperbaiki overall tekstur kulit, pencerahan kulit dan mengatasi jerawat,” bebernya.

Retinol vs Acid: Mana yang Lebih Unggul sebagai Anti-Aging, dan Apakah Keduanya Boleh Dipakai Bersamaan?



Jika pertanyaan ini yang menjadi penyebab keningmu berkerut, ini jawaban dari ahli anti-aging ini. Yakni, bahwa “retinoid lebih unggul jika dijadikan sebagai anti-aging treatment dan perawatan kulit secara overall. Ini dikarenakan kelebihannya yang dapat menstimulasi produksi kolagen pada kulit di mana dapat memperbarui kolagen yang rusak akibat faktor umur ataupun radiasi matahari. Di samping itu, retinoid jauh lebih bisa mengatasi masalah pigmentasi kulit karena efek penghambatan langsungnya terhadap proses pembentukan melanin di kulit,” terangnya.

Ah, akhirnya ketemu jawabannya!

Oh, apakah dua bahan ini boleh digunakan bersamaan?

“Tidak boleh,” ujar Gaby dengan tegas. Mengapa? “Karena retinoid dan acids memiliki sifat yang menstimulasi penyingkiran sel-sel kulit. Jika dipakai secara bersamaan, tentunya akan terjadi iritasi kulit dan kulit pun akan sangat kering dan sensitif,” Gaby menerangkan alasannya.

Bagaimana Mengetahui Bahan Mana yang Lebih Cocok untuk Kulit Kita?



Seperti prinsip pemilihan kebanyakan produk perawatan kulit, Gaby menyebutkan bahwa alasannya adalah tergantung jenis kulitmu.

Uh-uh.

Dia menerangkan bahwa retinoid cocok untuk digunakan oleh kulit yang normal, kombinasi, aging dan acne-prone. “Tidak disarankan untuk orang yang memiliki kulit yang sensitif dan kering. Untuk mengetahui lebih pasti, lebih baik untuk konsultasi dulu dengan dermatologist, “anjurnya.

Sementara acid? Bahan ini bisa dipakai oleh semua jenis kulit. Dengan catatan: “penggunaan acid juga tidak disarankan untuk setiap hari, maksimal tiga kali seminggu dan sebenernya cukup dua kali seminggu.”

Entah itu akhirnya kulitmu lebih disarankan untuk memakai retinol atau acid (tentunya lebih baik atas saran ahli kulit), Gaby menekankan bahwa prinsip penggunaan bahan aktif adalah mulai mulai pelan-pelan dan bersabar!

“Harus selalu dimulai dengan konsentrasi yang paling rendah dulu dan pemakaian yang berinterval. Nggak ada skincare yang bikin hasil secara instan. Kedua bahan aktif tersebut memiliki sifat yang progressive di mana mereka juga mengandalkan proses kimiawi di dalam kulit kita,” tegasnya.

Jadi itu ya, semoga tidak ada kerutan lagi akibat bingung memilih retinol atau acid.

Dan jika bukan produk anti-aging yang membuatmu mengalami dilema, melainkan tentang bagaimana mengenalkan pasangan baru kepada anak, psikolog ini membeberkan panduannya.

 

Sumber: limone.id

 

 

DISCLAIMER* The result may vary. Depends on patient's condition.