Menjadi seorang yang berprofesi sebagai dokter memang cita-cita dr. Gaby Syerly sejak kecil. Keinginan menjadi dokter sudah tertanam dalam hatinya, sehingga dia pun memilih jurusan kedokteran saat kuliah.
“Suasana rumah sakit memang salah satu hal yang saya sukai sejak dulu. Selain itu, ada kesenangan tersendiri yang saya dapatkan setiap melihat orang lain bisa sembuh dari penyakit,” kenangnya sembari tersenyum manis.
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta, dr. Gaby bekerja di sebuah klinik kecantikan. Dia mengembangkan keterampilan dan minat dalam estetika, mengejar keinginan untuk membantu banyak orang memiliki penampilan sesuai dambaan. Dia mantap mengikuti passion di bidang kecantikan. Semakin mendalami, ternyata dia pun semakin suka, serta menjadi bagian dari dirinya. Pengalaman tak terlupakan bagi dr. Gaby adalah ketika pasien puas dengan hasil yang didapat dan mereka menjadi lebih sehat percaya diri. “Banyak suka duka dihadapi karena tidak ada hasil yang bisa dicapai hanya dalam sekejap. Kita harus berusaha dan bekerja dengan hati. Hambatan dan tantangan pun tentu ada, namun itu semua membuat kita menjadi lebih baik dan tangguh,” ucapnya tegas.
Srikandi Dokter Indonesia. Photo by: Sutanto
Gairah di dunia kecantikan juga memotivasi dr. Gaby Syerly untuk berkiprah di bisnis bidang ini dengan mendirikan Youth and Beauty Clinic sejak September 2016. Baginya, dunia kecantikan ke depan akan semakin berkembang cepat didukung teknologi semakin canggih serta skill yang kian mumpuni, seiring dengan demand yang meninggi. Dia bersyukur, pencapaian dan pertumbuhan peminatnya sampai saat ini di luar ekspektasi. Dia pun merasa beruntung memiliki tim yang solid dan selalu bekerja keras. Hal itu mampu mendukungnya dalam menyajikan pelayanan maksimal dan memberikan rasa kenyamanan pada setiap pasien yang berkonsultasi.
Berkaitan dengan tugas, dr. Gaby mengaku profesi dokter dituntut untuk tidak berhenti belajar. Sebagai seorang yang berprofesi di bidang ini maka tentu menjadi hal wajib menambah pengetahuan serta mengikuti perkembangan ilmu kedokteran. Wanita yang sedang menyelesaikan pendidikan S2 Biomedik kekhususan anti-aging ini juga kerap mengikuti berbagai workshop di luar negeri demi mengasah kemampuan dan pengalamannya.
“Di luar negeri biasanya sharing ilmu lebih terbuka. Kualitasnya pun sedikit berbeda karena di sana lebih open minded, sesama dokter tidak ada persaingan. Menurut saya kalau kita ingin lebih maju, maka harus terbuka terhadap segala keadaan,” tuturnya.
Menurut dr. Gaby, klinik kecantikan di luar negeri sangat bagus dalam hal service, sebab selain memiliki kemampuan menangani masalah kesehatan, para dokternya selalu mengedukasi pasien selama proses pemeriksaan dengan memberikan penjelasan secara detail. Bertepatan dengan Hari Dokter Nasional, ibu dua anak ini berpandangan kini dokter Indonesia jauh lebih powerful. Banyak rekan sejawatnya adalah dokter-dokter wanita yang berkarakter hebat, terbuka, dan modern. “Saya harap ke depan profesi ini dan petugas kesehatan lainnya juga semakin dihargai tugas dan tanggung jawabnya. Yang penting melayani dan berguna bagi orang banyak,” harapnya.
Peran dokter pun identik dengan selalu menyerukan pentingnya kesehatan. Cantik saja tidak cukup, perlu didukung dengan menjaga vitalitas. Meskipun memiliki berbagai materi, kehidupan tidak akan pernah sempurna tanpa kesehatan. Dia selalu menekankan pentingnya istirahat cukup, makan teratur, dan selalu berpikiran positif. Karena ternyata salah satu penyebab penyakit adalah stres. Hal itu juga yang diutamakannya di layanan klinik yang dia dirikan, yakni treatment estetik, anti-aging, dan wellness. “Saat ini ada ilmu baru yang menarik dan bermanfaat, yaitu tentang Nutrigenomic dan Skin DNA Genomic. Keduanya dapat membantu untuk memberikan kualitas hidup lebih baik kepada pasien. Tidak hanya anti-aging, tetapi juga wellness yang berkaitan dengan kebutuhan nutrisi serta treatment khusus yang lebih personal,” pungkasnya.
Tuntutan pekerjaan pun mengasahnya menjadi sosok terampil membagi waktu. Di tengah kesibukannya, sang dokter tetap berusaha menyeimbangkan peran sebagai istri dan ibu. Menjalin komunikasi baik dengan suami dan anak, tetap bangun pagi, mengantar anak ke sekolah, dan melakukan aktivitas seperti biasa. “Memang hidup itu harus balance. Saya pun berusaha melakukan yang terbaik. Tidak hanya bagi pasien, tapi juga demi keluarga, kerabat, dan sahabat. Selain itu, semua ini juga membuat saya menjadi terbiasa memandang berbagai hal secara utuh dan obyektif,” tuturnya seraya tersenyum ramah.